Laporan PSG Biokimia Darah Pemeriksaan Hemoglobin

BAB I

PENDAHULUAN

 

I.1 Latar Belakang

       Sel darah merah (eritrosit).  Merupakan sel yang paling banyak dibandingkan dengan dua sel lainnya, dalam keadaan normal mencapai hampir separuh dari volume darah.  Sel darah merah mengandung hemoglobin, yang memungkinkan sel darah merah membawa oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh jaringan tubuh.  Oksigen dipakai untuk membentuk energi bagi sel-sel, dengan bahan limbah berupa karbon dioksida, yang akan diangkut oleh sel darah merah dari jaringan dan kembali ke paru-paru [1]. 

         Pemeriksaan biokimia dalam penilaian status gizi memberikan hasil yang lebih tepat dan objektif daripada menilai konsumsi pangan dan pemeriksaan lain. Pemeriksaan biokimia yang sering digunakan adalah teknik pengukuran kandungan berbagai zat gizi dan substansi kimia lain dalam darah dan urin. Hasil pengukuran tersebut dibandingkan dengan standar normal yang telah ditetapkan. Adanya parasit dapat diketahui melalui pemeriksaan feses, urin dan darah, karena kurang gizi sering berkaitan dengan prevalensi penyakit karena parasit [2].

             Hemoglobin adalah metaloprotein, pengangkut oksigen yang mengandung besi dalam sel darah merah dalam darah mamalia dan hewan lainnya. Molekul hemoglobin terdiri dari globin, apoprotein, dan empat gugus heme, suatu molekul organik dengan satu atom besi. Mutasi pada gen protein hemoglobin mengakibatkan suatu golongan penyakit menurun yang disebut hemoglobinopati, diantaranya yang paling sering ditemui adalah anemia sel sabit dan talasemia [3].

       Tubuh sebenarnya membutuhkan zat besi sebagai bahan baku untuk memproduksi protein hemoglobin yang berfungsi mengangkut oksigen ke darah [4].

       Defisiensi besi fungsional mengakibatkan produksi sel darah merah menjadi hipokrom. Sel yang hipokrom tidak hanya sebagai akibat defisiensi besi fungsional tapi dapat disebabkan oleh berkurangnya sintesis Hb apapun penyebabnya3.

       Contoh ukuran untuk indeks anemia dan prevalensi anemia secara keseluruhan dan macrocytosis untuk NHANES 1988-2004 telah disajikan . Hemoglobin dan MCV nilai berdasarkan jenis kelamin, ras-etnis, usia, kemiskinan: rasio pendapatan, dan vitamin / mineral menggunakan suplemen untuk orang dewasa AS berusia ≥ 19 y di NHANESs 1988-1994 dan 1999-2004 telah disajikan. Pada pria, disesuaikan berarti konsentrasi hemoglobin secara signifikan meningkat dari 15,1 g / dL pada tahun 1988-1994 menjadi 15,4 g / dL tahun 1999-2004 (P <0,0001), meskipun peningkatan itu sederhana (≈ 2%). Pada wanita, peningkatan itu 13,3-13,6 g / dL (≈ 2,3%) dari 1988-1994 menjadi 1999-2004 (P <0,0001). Tren serupa diamati di semua kategori demografi penduduk AS. Dalam kedua jenis kelamin, dari 1988-1994 menjadi 1999-2004, peningkatan yang signifikan dalam konsentrasi hemoglobin diamati vitamin / mineral suplemen pengguna (peningkatan ≈ 1,3%, P <0,001 untuk laki-laki, peningkatan ≈ 3,0%, P <0,0001 untuk perempuan) dan nonusers (peningkatan ≈ 2,6%, P <0,0001 untuk pria, peningkatan ≈ 2,3%, P = 0,0001 untuk wanita). Tren diamati pada nilai hematokrit pada umumnya adalah serupa dengan tren yang diamati dengan hemoglobin[5].

       Kekurangan zat besi dan anemia akibat yangmerupakan kekurangan mikronutrien yang paling umum di dunia. Kekurangan zat besi dan anemia akibat yang merupakan paling umum diperkirakan mempengaruhi  2 miliar orang di negara berkembang dan maju, sedangkan defisiensi folat sering menyertai kekurangan zat besi pada kehamilan di negara berkembang. Antenatal besi suplemen program dalam mengembangkan negara telah dilaporkan telah membatasi efek biologi dalam mengurangi prevalensi defisiensi besi dan anemia. Program-program ini tidak pernah efektif, sebagian karena efek samping membatasi kepatuhan, kegagalan operasional aturan (misalnya, pasokan yang tidak memadai dan kemasan yang buruk dan presentasi suplemen), pekerja kesehatan dan dan penerima yang kurang  informasi yang tepat dan motivasi . Selain itu, program ini secara tradisional telah ditargetkan hanya hamil wanita-proses berpikir menjadi kehamilan yang merupakan peristiwa terisolasi  dalam kehidupan seorang wanita dan belum memberikan perhatian yang cukup dengan status zat besi, termasuk cadangan besi, dari hamil wanita usia subur meskipun berisiko tinggi kekurangan zat besi dan anemia defisiensi besi [6].

       Anemia merupakan konsekuensi dari baik produksi kurang optimal sel darah merah atau hemoglobin, atau perusakan peningkatan atau waktu hidup sel darah merah yang singkat. Produksi sel darah merah dan komponen utamanya yaitu hemoglobin adalah proses yang kompleks, yang dapat dipengaruhi oleh banyak bawaan dan diperoleh kondisi . Dalam kebanyakan negara berkembang , kekurangan zat besi adalah penyebab utama anemia yang signifikan selama kehamilan,  seperti yang ditunjukkan oleh keberhasilan suplementasi besi dalam mencegah anemia ibu. Anemia yang disebabkan oleh kekurangan zat besi sendiri atau dalam kombinasi dengan faktor-faktor lain, misalnya, defisiensi folat, kekurangan vitamin A, dan malaria, telah terlibat sebagai memiliki beberapa dampak negatif pada kesehatan ibu dan janin. Oleh karena itu pencegahan anemia melalui suplementasi zat besi dapat membantu meningkatkan hasil reproduksi [7].

       Berdasarkan hal yang telah disebutkan maka dilakukanlah percobaan pengukuran kadar hemoglobin ini.

 

I.2.  Tujuan Percobaan

       1.2.1 Tujuan Umum

Tujuan umum praktikum ini adalah untuk menentukan status gizi perseorangan dengan menggunakan metode pengukuran biokimia.

       1.2.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari praktikum ini adalah untuk mengetahui kadar hemoglobin dalam darah seseorang.

I.3.  Manfaat Percobaan

Adapun manfaat dari praktikum ini adalah mengetahui status gizi perseorangan dengan menggunakan metode pengukuran  kandungan hemoglobin menggunakan alat hemocue.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

       Hemoglobin adalah pigmen merah yang memberikan warna merah yang dikenal pada sel-sel darah merah dan pada darah. Secara fungsi, hemoglobin adalah senyawa kimia kunci yang bergabung dengan oksigen dari paru-paru dan mengangkut oksigen dari paru-paru ke sel-sel seluruh tubuh. Oksigen adalah penting untuk semua sel-sel dalam tubuh untuk menghasilkan tenaga. Kandungan zat besi yang terdapat dalam hemoglobin membuat darah berwarna merah [8].

       Darah juga mengangkut karbon dioksida, yang adalah produk pembuangan dari proses produksi tenaga ini, kembali ke paru-paru darinya ia dihembuskan ke udara. Pengangkutan karbon dioksida kembali ke paru juga dilaksanakan oleh hemoglobin. Karbon dioksida yang terikat pada hemoglobin dilepaskan di paru-paru dalam pertukaran untuk oksigen yang diangkut ke jaringan-jaringan tubuh 5.

Hemoglobin adalah parameter yang digunakan secara luas untuk menetapkan prevalensi anemia. Garby menyatakan bahwa penentuan status anemia yang hanya menggunakan kadar Hb ternyata kurang lengkap, sehingga perlu ditambahkan dengan pemeriksaan yang lain 2.

       Hemoglobin merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah. Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb/100 ml darah dapat digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen pada darah. Kandungan hemoglobin yang rendah dengan demikian mengindikasikan anemia. Bergantung pada metode yang digunakan, nilai hemoglobin menjadi akurat sampai 2-3% 2.

       Hemoglobin terbuat dari empat molekul protein (globulin chain) yang terhubung satu sama lain. Hemoglobin normal orang dewasa (HbA) terdiri dari 2 alpha-globulin chains dan 2 beta-globulin chains, sedangkan pada bayi yang masih dalam perut atau yang sudah lahir terdiri dari beberapa rantai beta dan molekul hemoglobinnya terbentuk dari 2 rantai alfa dan 2 rantai gama, makanya dinamakan sebagai HbF [9].

       Setiap rantai globulin mengandung sebuah struktur penting yang sebut sebagai molekul “Heme”, di molekul heme inilah zat besi melekat dan menghantarkan oksigen serta karbondioksida melalui darah, zat ini pula yang menjadikan darah kita berwarna merah. Hemoglobin juga berperan penting dalam mempertahankan bentuk sel darah yang bikonkaf, jika terjadi gangguan pada bentuk sel darah ini, maka keluwesan sel darah merah dalam melewati kapiler jadi kurang maksimal. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa kekurangan zat besi bisa mengakibatkan anemia 3.

       Pada manusia dewasa, hemoglobin berupa tetramer (mengandung 4 sub unit protein), yang terdiri dari masing-masing dua subunit alfa dan beta yang terikat secara nonkovalen. Subunit-subunitnya mirip secara struktural dan berukuran hampir sama. Tiap subunit memiliki berat molekul kurang lebih 16,000 Dalton, sehingga berat molekul total tetramernya menjadi sekitar 64,000 Dalton. Tiap subunit hemoglobin mengandung satu heme, sehingga secara keseluruhan hemoglobin memiliki kapasitas empat molekul oksigen6.

       Memahami metabolisme besi sangat penting dalam pemantauan status besi dan suplementasi preparat besi. Zat besi merupakan unsur yang penting dalam tubuh dan hampir selalu berikatan dengan protein tertentu seperti hemoglobin, mioglobin. Kompartemen zat besi yang terbesar dalam tubuh adalah hemoglobin yang dalam keadaan normal mengandung kira-kira 2 gram zat besi. Hemoglobin mengandung 0,34% berat zat besi ; 1 ml eritrosit setara dengan 1 mg zat besi[10].

      Defisiensi besi fungsional mengakibatkan produksi sel darah merah menjadi hipokrom. Sel yang hipokrom tidak hanya sebagai akibat defisiensi besi fungsional tapi dapat disebabkan oleh berkurangnya sintesis Hb apapun penyebabnya 7.

       Kehilangan besi dapat terjadi karena konsumsi makanan yang kurang seimbang atau gangguan absorpsi besi. Di samping itu kekurangan besi dapat terjadi karena pendarahan akibat cacingan atau luka, dan akibat penyakit-penyakit yang mengganggu absorpsi, seperti penyakit gastro intestinal1.

       Sumber terbaik zat besi berasaskan makanan ialah hati, tiram, kerang, buah pinggang, daging tanpa lemak, ayam/itik dan ikan. Kacang dan sayur yang dikeringkan adalah sumber iron yang baik daripada tumbuhan 1.

       Feritin merupakan tempat penyimpanan zat besi terbesar dalam tubuh. Fungsi feritin adalah sebagai penyimpanan zat besi terutama di dalam hati, limpa, dan sumsum tulang. Zat besi yang berlebihan akan disimpan dan bila diperlukan dapat dimobilisasi kembali. Hati merupakan tempat penyimpanan feririn terbesar di dalam tubuh dan berperan dalam mobilisasi feritin serum.Pada penyakit hati akut maupun kronik kadar feritin serum meningkat, ini disebabkan pengambilan feritin dalam sel hati terganggu dan terdapat pelepasan feritin dari sel hati yang rusak. Pada penyakit keganasan sel darah kadar feritin serum meningkat disebabkan meningkatnya sintesis feritin oleh sel leukemia. Pada keadaan infeksi dan inflamasi terjadi gangguan pelepasan zat besi dari sel retikuloendotelial yang mekanismenya belum jelas, akibatnya kadar feritin intrasel dan serum meningkat. Feritin disintesis dalam sel retikuloendotelial dan disekresikan ke dalam plasma. Sintesis feritin dipengaruhi oleh konsentrasi cadangan besi intrasel dan berkaitan pula dengan cadangan zat besi intrasel (hemosiderin) 6.

       Pembentukan hemoglobin terjadi pada sum-sum tulang melalui semua stadium pematangan. Sel darah merah merah memasuki system sirkulasi sebagai retikulosit dari sum-sum tulang. Retikulosit adalah stadium terakhir dari perkembangan sel darah merah yang belum matang dan mengandung jala yang terdiri dari serat-serat reticular. Sejumlah kecil hemoglobin  masih dihasilkan selama 24 sampai 48 jam pematangan; reticulum kemudian larut dan menjadi sel darah merah yang matang 3.

       Penelitian terhadap sel darah telah dilaksanakan secara intensif karena sel darah merah mudah diperoleh, memiliki makna fungsi onal yang penting dan terlibat dalam banyak proses penyakit. Struktur serta fungsi hemoglobin, keadaan poriferia, ikterus dan berbagai aspek dalam metabolisme zat besi. Penurunan jumlah sel darah merah dan kandungan hemoglobinnya merupakan penyebab anemia 6.

       Waktu sel darah merah menua, sel ini menjadi lebih kaku dan rapuh, akhirnya pecah. Hemoglobin difagositosis terutama di limfa, hati, dan sumsum tulang, kemudian direduksi menjadi globin dan hem, globin kembali masuk ke dalam sumber asam amino. Besi dibebaskan dari heme dan sebagian besar diangkut oleh protein plasma transferin ke sumsum tulang untuk pembentukan sel darah merah baru. Sisa besi disimpan di dalam hati, dan jaringan tubuh lain dalam bentul feritin dan hemosiderin, simpanan ini akan digunakan lagi dikemudian hari. Sisa hem direduksi menjadi karbon monoksida (CO) dan biliverdin. CO ini diangkut dalam bentuk karboksi hemoglobin, dan dikeluarkan melaui paru-paru. Biliverdin direduksi menjadi bilirubin bebas; yang perlahan-lahan dikeluarkan ke dalam plasma, di mana bilirubin bergabung dengan albumin plasma kemudian diangkit ke dalam sel-sel hati untuk di ekskresi ke dalam kanalikuli empedu. Bila ada penghancuran aktif sel-sel darah merah seperti pada hemolisis, pembebasan jumlah bilirubin yang cepat ke dalam cairan ekstraselular menyebabkan kulit dan konjungtiva terlihat kuning keadaaan ini disebut ikterus 3.

       Kadar hemoglobin dalam darah yang rendah dikenal dengan istilah anemia. Ada banyak penyebab anemia diantaranya yang paling sering adalah perdarahan, kurang gizi, gangguan sumsum tulang, pengobatan kemoterapi dan abnormalitas hemoglobin bawaan. Kadar hemoglobin yang tinggi dapat dijumpai pada orang yang tinggal di daerah dataran tinggi dan perokok. Beberapa penyakit seperti radang paru paru, tumor  dan gangguan sumsum tulang juga bisa meningkatkan kadar hemoglobin [11].

       Peningkatan kadar hemoglobin dan ukuran kualitas hidup yang ditunjukkan dengan bertambahnya energi, dan meningkatnya aktivitas harian penderita kanker. Ukuran ini meningkat karena naiknya hemoglobin. Faktanya, kualitas hidup pasien kanker tidak beranjak lebih baik pada mereka yang kadar hemoglobinnya tidak meningkat, meskipun secara klinis menujukkan respon terhadap kemoterapi. Sekitar 65% pasien yang mencapai kadar hemoglobin 2 g/dL atau kenaikan kadar hemoglobin terbesar, memang menujukkan perbaikan dalam kualitas hidup. Jika kadar hemoglobin turun di bawah 12 g/dL, maka kadar eritropoeitin dalam plasma akan meningkat. Ini menujukkan, kalau kadar hemoglobin 12 g/dL merupakan level psikologis untuk segera dilakukan tindakan. Meski penemuan ini sudah muncul di tahun 80-an, tetap saja para dokter sering mengabaikan kadar hemoglobin sebagai kontributor penting dalam kesehatan pasien. Kalau belum turun sampai 8 g/dL artinya sudah mengalami anemia berat, maka tindakan belum dilakukan 2.

       Pada keadaan fisiologik kadarhemoglobin dapat bervariasi. Kadar hemoglobin meningkat bila orang tinggal di tempat yang tinggi dari permukaanlaut. Pada ketinggian 2 kmdari permukaan laut, kadar hemoglobin kira-kira 1 g/dl lebih tinggi. dari pada kalau tinggal pada tempat setinggi permukaan laut. Tetapi peningkatan kadar hemoglobin ini tergantung dari lamanya anoksia, juga tergantung dari respons individu yang berbeda-beda. Kerja fisik yang berat juga dapat menaikkan kadar hemoglobin, mungkin hal ini disebabkan masuknya sejumlah eritrosit yang tersimpan didalam kapiler-kapiler ke peredaran darah atau karena hilangnya plasma. Perubahan sikap tubuh dapat menimbulkan perubahan kadar hemoglobin yang bersifat sementara. Pada sikap berdiri kadar hemoglobin lebih tinggi dari pada berbaring. Variasi diurnal juga telah dilaporkan oleh beberapa peneliti, kadar hemoglobin tertinggi pada pagi hari dan terendah pada sore hari 3.

Berikut adalah tabel nilai ambang batas pemeriksaan hematokrit dan hemoglobin 1:

Kelompok umur / jenis kelamin

Konsentrasi Hemoglobin (< g/dL)

Hematokrit (< %)

6 bulan – 5 tahun

5 – 11 tahun

12 -13 tahun

Wanita

Ibu hamil

Laki-laki

11,0

11,5

12,0

12,0

11,0

13,0

33

34

36

36

33

39

BAB III

METODE PERCOBAAN

III.1 Tempat dan Waktu Praktikum

Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin pada tanggal 5 Desember 2012.

 

III.2 Alat dan Bahan Praktikum

       Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah Hb-meter merk Hemocue, microcuvet, auto lancet, softlick, tissue dan alkohol swab.

       Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah darah yang diambil di bagian ujung jari manis seluruh anggota kelompok yang terdiri dari 8 orang yang merupakan sampel yang dinilai.

 

III.3 Prosedur Kerja

       Adapun langkah-langkah pemeriksaan hemoglobin (Hb), yaitu:

1.      Dipersiapkan semua peralatan dan bahan yang digunakan.

2.      Dibersihkan ujung jari manis yang akan diambil darahnya terlebih dahulu dengan menggunakan alkohol swab.

3.      Digunakan alat auto lancet untuk mengambil darah pada ujung jari manis yang telah diolesi alkohol dengan metode tusukan kulit/perifer (skin puncture).

4.      Dihapus darah yang pertama keluar menggunakan tissue, darah yang keluar selanjutnya diambil menggunakan microcuvet.

5.      Kemudian microcuvet dimasukkan ke dalam alat Hb-meter merk Hemocue untuk dianalisis hasilnya.

 

 

 

 

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

 

IV.1 Tabel Pengamatan

Nama

Kadar Hb

Keterangan

Godelivia Cinitya A.

13,5 g/dL

Normal

Irmayanti

12,7 g/dL

Normal

Mutiara Afriyuni

14,2 g/dL

Normal

Paika

13,1 g/dL

Normal

Mardhiati

10,9 g/dL

Anemia

Novi Puspita S.

14,1 g/dL

Normal

Musfira

13,5 g/dL

Normal

Indira B.

12,3 g/dL

Normal

 

1V.2 Pembahasan

Dalam studi saat ini, beberapa ukuran status zat besi, termasuk serum ferritin, serum transferin reseptor, dan transferin saturasi digunakan untuk menilai status besi. Kadar hemoglobin dalam darah digunakan untuk menilai anemia. Informasi yang dikumpulkan dimaksudkan untuk menghasilkan perkiraan kekurangan zat besi dan anemia defisiensi besi dan menentukan nilai prediktif hemoglobin dalam mengidentifikasi kekurangan zat besi [12].

Pada pemeriksaan hemoglobin pada subjek hasil yang didapatkan adalah 13,5 g/dL. Hal ini menunjukkan bahwa kadar hemoglobin pada subjek adalah normal (12-16 g/dL). Kemudian, berdasarkan pemeriksaan pada kelompok B3, tujuh orang yang kadar hemoglobinnya normal sedangkan satu orang kadar hemoglobinnya rendah (anemia).

       Kadar hemoglobin dalam darah maupun kerja atau fungsi hemoglobin yang optimal dalam tubuh dipengaruhi oleh beberapa hal, meliputi [13]:

1.   Makanan atau Gizi

       Zat-zat gizi atau komponen gizi yang terdapat dalam makanan yang dimakan digunakan untuk menyusun terbentuknya haemoglobin yaitu Fe (zat besi), protein.

2.   Fungsi Jantung dan Paru-paru

       Jantung berfungsi memompa darah keseluruh tubuh. Dalam darah terdapat haemoglobin yang membawa oksigen keseluruh tubuh sebagai pembentukan energi.

       Sedangkan paru berfungsi untuk menghisap oksigen dari udara luar yang kemudian disuplai ke aliran darah dengan adanya ikatan antara hemoglobin dan paru mempengaruhi kerja jantung yang optimal.

3.   Fungsi Organ-Organ Tubuh Lain

       Misalnya fungsi hepar dan ginjal yang membantu dalam proses pembentukan eritrosit dan haemoglobin.

4.   Merokok
       Merokok mengurangi kelembaban haemoglobin membawa oksigen dari darah. Juga pengaliran darah ke organ-organ vital dan jaringan-jaringan (seperti jantung, otak dan otot) akan berkurang. Secara keseluruhan pengaruh rokok ialah berkurangnya kemampuan fisik dan timbulnya stess terhadap organ-organ vital, seperti jantung.

       Kadar hemoglobin dalam darah yang rendah dikenal dengan istilah anemia. Ada banyak penyebab anemia diantaranya yang paling sering adalah perdarahan, kurang gizi, gangguan sumsum tulang, Pengobatan kemoterapi dan abnormalitas hemoglobin bawaan 13.

       Anemia disebabkan dari makanan yang banyak mengandung zat besi adalah bahan makanan yang berasal dari daging hewan. Selain banyak mengandung zat besi, serapan zat besi dari sumber makanan tersebut mempunyai angka keterserapan sebesar 20-30%. Sebagian besar penduduk di negara yang sedang berkembang tidak mampu menghadirkan bahan makanan tersebut. Kebiasaan konsumsi makanan yang dapat mengganggu penyerapan zat besi seperti kopi dan teh secara bersamaan pada waktu makan menyebabkan serapan zat besi semakin rendah 10.

       Kadar hemoglobin yang tinggi dapat dijumpai pada orang yang tinggal di daerah dataran tinggi dan perokok. Beberapa penyakit seperti radang paru- paru, tumor  dan gangguan sumsum tulang juga bisa meningkatkan kadar hemoglobin 13.

       Di negara-negara berkembang, resolusi suplementasi zat besi untuk mengatasi anemia sering dikaitkan dengan miskin kepatuhan atau durasi yang tidak memadai dari suplemen,  namun sebenarnya bisa terjadi akibat kekurangan mikronutrien lainnya. Anemia kekurangan zat besi adalah masalah umum di seluruh dunia, mempengaruhi <50% dari individu dalam kelompok berisiko tinggi seperti prasekolah anak-anak dan wanita usia subur. Konsekuensi apabila menderita anemia adalah kegiatan bersekolah terganggu, kinerja bekerja terganggu , dapat menganggu  perkembangan motorik dan mental , dan mungkin juga pertumbuhan. Hal ini berlaku umum bahwa kekurangan zat besi penyebab yang paling umum dari konsentrasi hemoglobin yang rendah. Oleh karena itu, kekurangan zat besi merupakan fokus utama dari program yang mencoba untuk mengurangi anemia. Namun, kekurangan zat besi dapat disertai oleh defisiensi mikronutrien lainnya karena keduanya dapat mengakibatkan tingginya tingkat infeksi, diare, anoreksia, dan kualitas diet menurun dan bioavailabilitas nutrisi [14].

 

 

 

 

 

 

BAB V

PENUTUP

 

V.I Kesimpulan

       Adapun kesimpulan pada percobaan ini yaitu pemeriksaan hemoglobin pada responden diperoleh 13,5 g/dL. Ini berarti kadar protein  responden normal  (12-16 g/dL). Dari delapan responden, ada 7 responden yang kadar hemoglobinnya normal dan ada 1 orang yang kadar hemoglobinnya rendah (anemia).

 

V.2 Saran

a. Kepada Dosen

       Sebaiknya memberikan penjelasan yang lebih jelas lagi agar ketika melakukan praktikum kesalahan yang dilakukan dapat diminimalisirkan.

b. Kepada Asisten

       Sebaiknya lebih banyak lagi memberikan arahan kepada praktikan dan memandu praktikan dalam melakukan percobaan agar praktikum berjalan optimal.

c. Laboratorium

       Ruanganlaboratorium agar bisa lebih diperluas lagi agar kegiatan praktikum dapat berjalan lebih efektif dan kita lebih leluasa menjalankan kegiatan praktikum. Lemari di dalam laboratorium juga perlu ditambah agar lebih banyak menampung zat-zat kimia dan alat-alat praktikum sehinggga tidak terlalu banyak diatas meja tempat praktikum.

d.   Kegiatan Praktikum

       Pada saat kegiatan praktikum berlangsung agar dapat diatur dengan baik pembagian pengerjaannya dan pembagian alat dan bahannya agar tidak terjadi keributan di dalam laboratorium.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

1.      Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

 

2.      Supariasa, I Dewa Nyoman, dkk. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

 

3.      Price, Sylvia, Lorraine McCarty Wilson 2006. Patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

 

4.      Sirajuddin, Saifuddin, Nurhaedar Jafar dan Rahayu Indriasari. 2012. Penutun Praktikum Penilain Status Gizi. Makassar: Fakultas Kesehatan Masyarakat Unhas.

 

5.      Ganji, Vinjay and Mohammad R Kafai. 2009.  Hemoglobin and hematocrit values are higher and prevalence of anemia is lower in the post–folic acid fortification period than in the pre–folic acid fortification period in US adults.Am J Clin Nutr 2009;89:363–71.

 

6.      E-Siong Tee, Mirnalini Kandiah, Narimah Awin, Suet-Mei Chong, N Satgunasingam, L Kamarudin, Silvano Milani, Alan E Dugdale, and Fernando E Viteri. 1999.School-administered weekly iron-folate supplements improve hemoglobin and ferritin concentrations in Malaysian adolescent girls. Am J Clin Nutr 1999;69:1249–56.

 

7.      Zuguo Mei, Ibrahim Parvanta, Mary E Cogswell, Elaine W Gunter, and Laurence M Grummer-Strawn. 2003. Erythrocyte protoporphyrin or hemoglobin: which is a better screening test for iron deficiency in children and women?. Am J Clin Nutr 2003;77:1229–33.

 

8.      Bajry, Husen. 2008. Tubuh Anda adalah Dokter yang Terbaik. Jakarta: PT Karya Kita.

 

9.      Murray, K. Robert, dkk. 2003. Biokimia Harper. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

 

10.  Arisman. 2010. Buku Ajar Ilmu Gizi: Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

 

11.  Widyastuti, Palupi, dkk. 2009. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

 

12.  Schneider, Julie M, Mary L Fujii, Catherine L Lamp, Bo Lönnerdal, Kathryn G Dewey, dan Sheri Zidenberg-Cherr. 2005. Anemia, iron deficiency, and iron deficiency anemia in 12–36-mo-old children from low-income families. Am J Clin Nutr 2005;82:1269–75.

 

13.  Fatoni, Amin. 2007. Mioglobin dan Hemoglobin. Purbalingga: Universitas Sains dan Teknik Jenderal Soedirman.

 

14.  Allen H., Lindsay, Jorge L Rosado, Jennifer E Casterline, Patricia López, Elsa Muñoz, Olga P Garcia, dan Homero Martinez. 2000.  Lack of hemoglobin response to iron supplementation in anemic Mexican preschoolers with multiple micronutrient deficiencies. Am J Clin Nutr 2000;71:1485–94

 

 

 

 


[1] Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi

[2] Supariasa, I Dewa Nyoman. 2002. Penilaian Status Gizi.

[3]Price, S.A., Lorraine McCarty Wilson. 2006. Patofisiologi

[4] Sirajuddin, dkk., 2012. Penutun Praktikum Penilain Status Gizi

[5] Ganji, Vinjay and Mohammad R Kafai.2009.  Hemoglobin and hematocrit values are higher and prevalence of anemia is lower in the post–folic acid fortification period than in the pre–folic acid fortification period in US adults

 

[6] E-Siong Tee, Mirnalini Kandiah, dkk. 1999. School-administered weekly iron-folate supplements improve hemoglobin and ferritin concentrations in Malaysian adolescent girls

[7] Zuguo Mei, Ibrahim Parvanta, dkk.2003. Erythrocyte protoporphyrin or hemoglobin: which is a better screening test for iron deficiency in children and women?

[8] Bajry, Husen. 2008. Tubuh Anda adalah Dokter yang Terbaik.

[9] Murray, K. Robert, dkk. 2003. Biokimia Harper.

[10] Arisman. 2010. Buku Ajar Ilmu Gizi: Gizi Dalam Daur Kehidupan

[11] Widyastuti, Palupi, dkk. 2009. Gizi Kesehatan Masyarakat.

[12] Schneider Julie M, Mary L Fujii, dkk. 2005. Anemia, iron deficiency, and iron deficiency anemia in 12–36-mo-old children from low-income families

[13] Fatoni, Amin. 2007. Mioglobin dan Hemoglobin.

[14]Allen H., Lindsay, Jorge L Rosado,dkk. 2000. Lack of hemoglobin response to iron supplementation in anemic Mexican preschoolers with multiple micronutrient deficiencies.

Posted in Uncategorized | Leave a comment

Sejarah Singkat Gizi Menurut Para Tokoh

* Alkitab, Kitab Daniel – Daniel ditangkap oleh Raja Babel dan harus melayani di pengadilan Raja. Daniel menolak diberi makan makanan halus dan anggur, mengatakan ia lebih suka sayuran, kacang-kacangan dan air. Pengurus arena enggan sidang, membandingkan preferensi makanan Daniel kepada mereka dari pengadilan Raja Babel. Selama sepuluh hari Daniel dan anak buahnya telah diet vegetarian mereka, sedangkan laki-laki Raja telah mereka. Persidangan mengungkapkan bahwa Daniel dan anak buahnya sehat dan bugar, sehingga mereka diizinkan untuk melanjutkan dengan diet mereka.
* Hippocrates (Yunani, ca460BC – ca370BC), satu teori nutrisi – menurut semua orang Hippocrates adalah sama, tidak peduli apa yang mereka telah makan, atau di mana mereka tinggal. Dia menyimpulkan bahwa setiap makanan harus berisi salah satu nutrisi yang membuat kita cara kita. Mitos ini satu-hara terus selama ribuan tahun. Hippocrates juga terkenal karena telah mengatakan “Biarkan makanan menjadi obat Mu Mu Mu dan obat menjadi makanan Mu.”
* Antoine Lavoisier (Prancis, 1743-1794) – dikenal sebagai bapak kimia dan juga ayah dari nutrisi. Dia menjadi terkenal karena pernyataan “Hidup adalah sebuah proses kimia”. Ia juga merancang “kalorimeter”, sebuah perangkat yang mengukur panas yang dihasilkan oleh tubuh dari kerja dan konsumsi dari jumlah yang berbeda dan jenis makanan. Pada usia 24 ia menjadi anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Perancis. Pada 1794, selama Revolusi Prancis, ia dipenggal.
* Eijkman (Belanda, 1858-1930) – seorang dokter terkenal dan ahli patologi (dokter yang mengidentifikasi penyakit dengan mempelajari sel dan jaringan di bawah mikroskop). Ia melihat bahwa beberapa orang di Jawa dikembang- kan Beri-beri, penyakit yang menyebabkan masalah jantung dan kelumpuhan. Ketika ia memberi makan ayam diet yang terutama terdiri dari nasi putih, mereka juga mengembangkan gejala Beri-beri jenis, tetapi ayam yang diberi pakan diproses beras tidak. Nasi putih memiliki bran luar dihilangkan, sedangkan beras merah tidak. Ketika dia makan nasi merah untuk pasien dengan Beri-beri mereka sembuh. Bertahun-tahun kemudian ditemukan bahwa sekam luar (bran luar) beras mengandung tiamin, atau vitamin B1. Bersama dengan Sir Frederick Hopkins, ia menerima Hadiah Nobel untuk Fisiologi / Kedokteran.
* Dr James Lind (Skotlandia, 1716-1794) – pelopor tentang kebersihan dalam (Inggris) dan Royal angkatan laut Skotlandia. Dia menekankan pentingnya ventilasi yang baik, kebersihan tubuh pelaut, tempat tidur bersih, di bawah dek fumigasi, air segar dengan penyulingan air laut, dan konsumsi buah jeruk dapat mencegah dan menyembuhkan penyakit kudis. Dia dihormati hari ini untuk karyanya dalam meningkatkan praktek kedokteran pencegahan dan perbaikan nutrisi. Ia menerbitkan risalah-Nya pada Scurvy. Beberapa dekade kemudian pelaut Inggris yang dikenal sebagai Limeys karena mereka teratur mengkonsumsi air jeruk nipis dan menikmati kesehatan yang lebih baik dan kekuatan dari pelaut di angkatan laut yang lain.

Posted in Uncategorized | Leave a comment